Twilight in the limit city

Setajam elang menukik memburu mangsa
seperti itulah tatapan matanya kala hatinya terusik oleh banyaknya pertannyaan yang habis terkuras oleh air mata kepedihan hingga batas kesabarannya nyaris punah
namun tidak satupun jawaban ia dapatkan, hanya amarah yang tersisa di pendam sedalam lautan

Sedalam itukah sakit yang ia rasakan hingga melihatku seperti seonggok daging mentah yang siap di santap bak rusa sial nahas di bajak sang macan tutul kelaparan, mulutku pun terkunci rapat saat tatapan matanya terlihat makin seperti iblis kelaparan

Senja masih di ufuk meninggalakan sedikit cahaya melambat pudar siap berganti malam ketika aku terbangun dari nyenyaknya tidur siang, tapi mata itu masih terngiang-ngiang seperti bintang-bintang terang dalam gelapnya malam kubuka tudung saji di atas meja yang berukuran kecil, tahu goreng pagi yang tersisa terlihat muram menunggu seseorang melahap tapi perut ini masih saja belum terasa lapar mungkin kali ini cacing-cacing dalam perutku sedang libur demo efek mimpi tidur siang yang misterius

Secangkir kopi hitam telah tersaji di sebelahku yang duduk bersila di teras beralaskan kursi bambu, sayup terdengar dari tetangga sebelah yang menyetel musik jadul "Senja di batas Kota' dan aku.....
masih mencoba mengingat-ingat siapa perempuan yang ada di dalam mimpiku barusan yang terlihat bermuram durja, sebatang rokok yang sedari tadi terselip di jari kiriku ternyata masih belum aku bakar...

Senja makin gelap, tanpa sadar kopi dan beberapa batang rokok telah habis
namun ingatanku pada perempuan itu masih saja terngiang seakan apa yang baru saja aku alami adalah nyata, belum pernah aku melihat perempuan dengan tatapan mata seperti itu, tatapan yang membuatku ngeri bahkan sepertinya lebih ngeri dari sosok hantu , Jika saja aku tahu siapa perempuan itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, anda sekolah bayar, jadi untuk apa anda sekolah jika racawan anda begitu jorok dan kasar