Kisah Si Pemuda bersama Bukit Hijau

Seorang pemuda duduk termenung digubuk reyot di tengah pedesaan terpencil, hampir setiap mentari menjelang sore ia selalu menyempatkan diri duduk diteras rumahnya yang dekil.

Suatu hari ketika sore menjelang magrib melintaslah seorang lelaki paruh baya dan menyapa pemuda tersebut

"Hampir magrib kisanak, bolehkan akik sekedar berteduh untuk melakukan sholat nak..?" tanya kakek tua tersebut kepada lelaki paruh baya

"Okh ya silahkan masuk pak... silahkan lakukan sholat magrib" sambut pemuda tersebut

Sekejap lelaki paruh baya masuk dan mengambil air wudhu dan sebelum melakukan sholat ia menegur pemuda tersebut,

"Apakah kisanak tidak ingin ikut serta, sholat berjamaah" tanya lelaki paruh baya dengan sopan

"Akh tidak pak, saya sedang malas" jawab Pemuda tersebut dengan nada sedikit gusar

Setelah lelaki paruh baya tersebut selesai sholatnya, kemudian menghampiri pemuda pemilik rumah yang sedari tadi hanya melamun memandangi Mentari yang mulai hilang dari pandangan berubah menjadi gelap,

"Anak muda... tidak baik banyak melamun" Usik lelaki paruh baya dengan lembut

"Tidak pak, saya tidak sedang melamun, saya hanya memikirkan bagaimana saya bisa hidup tanpa kesepian" Jawab pemuda tersebut dengan wajah yang memelas

"Apakah kisanak, tidak berniat mencari pendamping hidup, ataukah kisanak telah kehilangan pasangan (Meninggal)"  Usik lelaki paruh baya

Pemuda tersebut, hanya diam ketika lelaki paruh baya menanyakan sesuatu yang tidak bisa ia jawab, karena si pemuda tersebut merasakan kehampaan yang mendalam.

Kemudian pemuda tersebut mencoba mengalihkan pembicaraan,

"Saya merasakan bosan menunggu disini, seorang yang yang bisa memberikan inspirasi"  Jawab Pemuda dengan tangan kananya menggaruk-garuk hidung mancungnya

Lelaki paruh baya kemudian terdiam, dahinya berkerut dan kedua alisnya terangkat dan kemudian dengan bijak mengatakan kepada si pemuda sesuatu.

Sepertinya lelaki paruh baya mengerti apa yang sedang diresahkan oleh si pemuda, kemudian ia menunjuk sesuatu kearah selatan.

"Kamu tahu bukit di ujung sana yang tampak hijau dari kejauhan namun sebetulnya kering" jawab lelaki paruh baya sambil menunjuk kearah selatan

"Saya tahu bukit tersebut, tapi saya tidak melihat keduanya" jawab pemuda dengan sangat yakin

"Baiklah, kalau begitu besok malam kamu datang ke tempat tersebut, saya akan berada disana dan menunjukannya kepada kamu bahwa di bukit tersebut ada sesuatu yang tampak hijau namun sesunggunya sangat gersang" Balas lelaki paruh baya tersebut

Setelah lelaki paruh baya tersebut mengatakan hal itu, ia segera beranjak pergi meninggalkan pemuda dalam kesendiriannya lagi,

"Baiklah anak muda, terima kasih untuk gubuk reyot yang kamu persilahkan untuk saya beribadah, saya ingin melanjutkan perjalanan, dan ingat... saya tunggu besok malam di bukit selatan"  Sapa lelaki paruh baya

"Tunggu pak, mengapa saya harus datang malam hari, mana mungkin saya bisa melihat sesuatu yang hijau tapi gersang dimalam hari, lagi pula besok hari sabtu... saya ingin bermalas-malasan di tempat tidur yang tidak seberapa empuk ini"  Jawab pemuda dengan wajah kebingungan

"Kamu datang saja besok, tidak usah kamu fikirkan mengapa? karena kamu tidak akan tahu seberapa indahnya sesuatu sebelum kamu mencoba lebih keras"  Jawab lelaki paruh baya semakin membuat pemuda itu bingung

Si pemuda akhirnya mengangguk tanda bahwa ia akan berangkat besok malam menuju bukit selatan yang katanya hijau tapi gersang, meskipun dia tidak tahu apa maksudnya!

Keesokan malam nya si pemuda dengan langkah kaki yang berat menuju bukit yang ditunjukan lelaki paruh baya kemarin,

Sesampainya di bukit, si pemuda terhenyak betapa bukit itu terlihat hijau dan indah namun masih belum melihat sesuatu yang gersang,

Lelaki paruh baya kemudian memberikan petunjuknya kepada si pemuda untuk lebih keras berjuang melihat semua hal dari sudut pandang yang berbeda

Setelah berhari-hari si pemuda tersebut datang ke bukit beberapa malam, akhirnya ia melihat bahwa hijau yang dia lihat sesungguhnya telah kering gersang, si pemuda kemudian semakin bersemangat

Si pemuda berfikir bahwa beberapa tanaman yang terkoyak kering harus segera dirapihkan, dengan giat si pemuda membersihkan bukit tersebut, disiram, diberi pupuk dan berbagai macam cara menghilangkan benalu disekitarnya

Seminggu, sebulan, 3 bulan berlalu, tanaman yang dirawat si pemuda mulai membuahkan hasil, kini bukit tersebut benar-benar terlihat hijau, si pemuda merasakan hidup semakin hidup

Si pemuda telah belajar bagaimana menjadi pribadi yang baik dan penyabar, tapi sayang semua itu akhirnya sirna karena tiba-tiba datang seorang pemuda lain yang mengakui bahwa bukit tersebut adalah miliknya yang sengaja ia tinggalkan

Si pemuda tidak terima, karena sejak kapan bukit tersebut miliknya apalagi ketika sipemuda pertama kali datang bukit tidak ada pemiliknya, lalu si pemuda lain dengan tangannya yang gempal menunjuk pada satu arah dimana disitu telah tertulis sebuh peringatan di sebuah papan kayu yang menancap ditanah dengan sangat dalam

Seketika si pemuda merasakan kecewa, mengapa ia tidak melihat tanda peringatan tersebut bahwa tanah di bukit yang ia rawat sekian hari, sekian bulan ternyata ada pemiliknya namun tertutup oleh rerimbunan semak belukar

Padahal tanaman yang si pemuda rawat telah sampai pada masa panen, terutama buah-buahan tapi si pemuda lain mengusir si pemuda dengan bisik-bisik dari kejauhan untuk tidak lagi datang di bukit yang ia miliki, karena semua tanaman adalah miliknya

Karena si pemuda tidak memiliki daya dan upaya, si pemuda akhirnya sedikit-demi sedikit pergi meninggalkan bukit dengan berat hati dan kesedihan yang mendalam.

Tapi sesekali si pemuda mencoba datang dengan diam-diam ke bukit, untuk terus menyiraminya, dan merawat dengan baik dan ketika dia mengetahui si pemilik kebun akan datang dengan segera si pemuda beranjak pergi

Hari demi hari si pemuda melakukan hal tersebut tanpa ada perasaan menyesal jika nanti terjadi sesuatu terhadap dirinya.

Sampai suatu ketika si pemilik sengaja bersembunyi di balik alang-alang menunggu si pemuda yang merawat kebunnya datang, si pemuda terkejut ketika pemilik kebun berdiri seketika diantara tanaman yang sedang ia rawat

"Aku memiliki kebun, aku sengaja meninggalkannya begitu saja karena aku yakin tanpa dirawat, tanaman-tanaman akan terus berkembang dengan sendirinya, jadi mengapa kamu datang kesini tanpa ijin dan merawat semua tanaman saya"  pekik pemilik kebun kecewa

Sipemuda hanya tersenyum, lalu tanpa sepatah kata membalikan tubuhnya melanggeng pergi, tapi sipemilik kebun menahannya karena si pemilik kebuh ingin tahu mengapa sipemuda begitu keras kepala untuk bisa selalu merawat kebun di bukit hijau

Si pemuda dengan tenang menjawab,

"Sesunggunya saya telah melihat bahwa kebun tersebut sangat gersang meski terlihat dari jauh sangat Hijau... saya merasa bahagia bisa  merawat tanaman-tanaman di kebun ini, tapi maaf saya tidak tahu bagaimana cara melupakan kebun ini"   Jawab si pemuda

"Baiklah... saya mengijinkan kamu merawatnya tapi tidak dengan cara kamu melainkan dengan cara saya, dan saya tidak akan membagi hasil dari apa yang kamu perbuat, Bagaimana..?"  jawab sipemilik kebun gusar

"Tidak, saya akan kembali ke gubuk reyot saya di hulu, saya mengiklaskan kebun yang saya rawat anda ambil semuanya, saya hanya bisa berdoa semoga anda bisa merawatnya lebih baik dari yang pernah saya bisa"  Jawab si pemuda dengan langkah kaki yang mulai lesu

Pada akhirnya si pemuda kembali seperti dulu, duduk termenung di depan teras gubuk reyotnya hanya saja bukan lagi di sore hari, tapi dimalam hari menjelang pagi

Lelaki paruh baya yang pernah ia kenal sebelumnya, tidak pernah lagi muncul seolah olah lari dari persoalan yang pernah ia buat,

Sampai suatu ketika saat si pemuda sedang berdiri dipinggir kali, lelaki paruh baya tersebut datang menghampirinya, silelaki paruh baya merasa bersalah bahkan ketika melihat si pemuda berdiri dipinggir kali ia merasa bahwa si pemuda telah putus asa dan ingin bunuh diri

Tapi semuanya kembali seperti biasanya, si lelaki paruh baya hanya mengatakan kepada si pemuda untuk terus berjuang dengan apa yang pernah dilakukannya, setidaknya jika kebun yang pernah si pemuda rawat bukanlah menjadi miliknya maka suatu hari si pemuda pasti akan mendapatkan kebun yang lebih baik

Si pemuda hanya mengangguk ketika lelaki paruh baya menasehatinya, dan si pemuda kembali ke gubuk reyotnya sambil sesekali melihat bukit hijau dari kejauhan.

Si pemuda hanya berdoa semoga kebun yang pernah ia rawat bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik, meskipun kini si pemuda melihat kebun tersebut kembali mulai terlihat gersang, tapi si pemuda yakin semuanya akan kembali lebih baik, meskipun mungkin itu hanya sebatas angannya saja.
==||==

Kadang kamu tidak bisa memaksakan sesuatu yang bukan jalannya, meskipun kamu yakin bahwa kemungkinan selalu ada tapi bukan berarti kamu melupakan ketetapan tuhan, bahkan ketika kamu mengakui kekalahan itu bukanlah sesuatu yang buruk

Kamu berkata "INGIN" tapi Tuhan berkata "TUNGGU"
Kamu berkata "HARUS" tapi Tuhan berkata "SABAR"

Menginginkan dengan keharusan berarti harus siap menunggu dengan sabar.



My Original
Aulia Oella

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, anda sekolah bayar, jadi untuk apa anda sekolah jika racawan anda begitu jorok dan kasar