Jakarta 19.36 WIB, 6 Tahun yang lalu

Saya duduk terpojok di bagian paling belakang bersebelahan dengan wanita paruh baya nan tambun, di depan saya seorang pria berkumis tipis dengan jaket kulit mirip tukang ojek

Terasa panas udara meski tidak terlalu penuh penumpang, pikiranku melayang entah kemana hingga sang sopir berhenti di antara perempatan jalan yang ramai menjajaki para calon penumpang dengan teriakan kecil

Pukul 19.36 WIB seingat dan sepengetahuan saya, jakarta yang begitu macet di penuhi pegawai kantoran dan berbagai orang yang entah dari mana mau kemana, saya bukalah jendela di belakang saya !! huff.. lumayan meski udara yang masuk di penuhi polusi, setidaknya saya bisa bernafas lebih

Jalan begitu ramai lalu lalang manusia, lalu lalang kendaraan roda dua dan roda empat yang saling berebut jalan seolah-olah mirip dengan pembagian sembako, caci maki hingga keacuhan terlihat dan terdengar begitu memiriskan hati hanya untuk bisa berebut jalan, yah.. itulah jakarta 6 Tahun yang lalu saat saya belum memiliki Kendaraan roda dua

Tiba-tiba dari arah kanan pas di belakang jendela di mana saya duduk terdengar suara lirih wanita muda bersama sang suami, tampak bocah kecil nan mungil di himpit oleh mereka berdua di atas sepeda motor, sepertinya mereka suami - istri beranak satu 

Si wanita berteriak kencang pada suaminya agar menghindari kepulan asap kendaraan bermotor sebab terlihat si anak batuk-batuk, si istri juga berteriak pada suaminya agar bisa cepat menyalip kendaraan lain' dengan harapan lekas kembali pulang ke rumah, maklum ramai kendaraan pada jam pulang kantor hingga kemacetan membuat sulit untuk bergerak bebas

Saya hanya bisa melihat mereka meributkan hal kecil meski sebetulnya mereka meributkan sesuatu itu adalah bentuk kasih sayang mereka terhadap si bocah yang batuk -batuk terus-menerus, ironisnya !! saya melihat di samping mereka sebuah mobil semacam Panther berwarna biru gelap berisi sepasang suami - istri muda, juga beserta si anak" hanya bedanya mereka tampak gembira melihat anaknya loncat-loncat di atas pangkuan sang ibu, mereka tertawa melihat lucunya anak mereka

Saya tidak bisa menjelaskannya secara detil namun saya rasa pembaca pasti mengerti maksud arah pembicaraan saya tadi, dan saya harap mengerti, kejadian itu membuat saya mengelus dada sambil berkata dalam hati "Tuhan saya mohon.. jangan biarkan kelak nasib saya seperti mereka yang berada di atas motor, Tapi tuhan.. saya mohon jadikan saya kelak seperti mereka yang berada di dalam mobil"

Ingin tahu mengapa saya tiba-tiba berkata sedemiakian ? sebab saya tidak ingin kelak anak saya harus mati muda hanya karena polusi dan angin malam, menderita karena nasib orang tua yang tidak jauh lebih baik, saya tidak ingin menderita apalagi membuat istri dan anak saya jauh lebih menderita kelak ketika saya memutuskan untuk menikah yang entah dengan siapa saya menikah

Permohonan kecil yang harus di bayar mahal, mahal karena untuk bisa menjadi seperti yang saya inginkan saya harus banyak bersabar dan bekerja keras, rajin menabung dan mungkin harus mengorbankan banyak waktu bermain, bersantai ria dan lain sebagainya 

Hingga kini kejadian itu tidak pernah bisa saya lupakan, tidak akan pernah bisa saya lupakan, Lelah rasanya jadi orang miskin sekaligus tidak berguna dan dosa besar rasanya bila saya sebagai laki-laki tidak bisa berbuat banyak layaknya laki-laki

Buat saya ini adalah renungan panjang agar saya selalu kuat untuk bisa selalu menggapai keinginan, saya percaya bahwa roda nasib akan selalu terus berputar, saya percaya bahwa tuhan tidak akan meninggalkan saya jika saya tidak meninggalkannya, tuhan hidup dalam tubuh saya dan saya percaya

Sebab allah tidak akan pernah merubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak ingin merubahnya. PERCAYALAH''

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, anda sekolah bayar, jadi untuk apa anda sekolah jika racawan anda begitu jorok dan kasar

Categories

Blog's (26) Cerpen (3) Movie (4) Puisi-Syair (7) Random Blog (11) Wellnews (5)

Blog Archive